Work StuffWorking Life

Female Breadwinners! Apa Artinya dan Tips untuk Sukses Menjalaninya

Sudah 57 tahun waktu berlalu sejak R.A Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional karena perjuangannya dalam membela hak-hak wanita Indonesia untuk dapat bebas menuntut ilmu dan belajar.

Saat ini sebagian besar wanita di Indonesia sudah bisa mengenyam pendidikan, bahkan banyak diantaranya bisa mencapai pendidikan hingga ke jenjang tertinggi. Sudah banyak contoh wanita yang sukses berkarir di dalam negeri, dan bahkan dalam kancah internasional.

Meskipun demikian, tampaknya ‘fenomena’ pencari nafkah utama wanita masih banyak yang mempertanyakan, bukan hanya dari kaum pria, namun juga dari sesama wanita.

Apa itu Female Breadwinners?

Dalam bahasa inggris, breadwinners memiliki arti ‘a person who earns money to support their family, typically the sole one.’ yang bisa diartikan sebagai ‘seseorang yang mencari uang untuk menghidupi keluarganya, biasanya seorang diri (hanya satu orang yang memiliki tugas menjadi pencari nafkah).

Selama bertahun-tahun, peran breadwinners selalu dipegang oleh laki-laki, dan wanita berperan sebagai ibu rumah tangga. Lama kelamaan, semakin meratanya pendidikan dan kesempatan kerja, peran pencari nafkah di dalam keluarga mulai seimbang, dimana suami dan istri sama-sama mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun beberapa tahun belakangan mulai bermunculan fenomena ‘Female Breadwinners’.

Female breadwinners adalah istilah yang digunakan dimana wanita atau istri menjadi pencari nafkah utama di dalam keluarga. Tentunya ini adalah sebuah keputusan yang sudah didiskusikan bersama dengan pasangannya. Dalam hal ini, pasangan atau suami menjadi bapak rumah tangga atau juga bekerja namun tidak memiliki pendapatan sebesar istri.

Kemampuan, tanggung jawab, dan penghasilan yang bisa didapatkan oleh para wanita mulai bergeser ke arah yang lebih baik, namun pandangan umum mengenai kesuksesan seorang wanita, melebihi pria masih memiliki stigma negatif untuk sebagian pola pikir.

Narasi yang beredar adalah adanya anggapan bahwa wanita yang berpenghasilan lebih dari pasangannya tidak akan memiliki satu pekerjaan tetapi tiga:

  • Bekerja di kantor
  • Mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak
  • Mengelola ego pasangannya karena hal ini

Cara berpikir ini sama sekali tidak berguna bagi siapa pun karena setiap orang dan setiap pasangan memiliki hak masing-masing untuk mengatur dan membagi tanggung jawab diantara keduanya, dan tentunya sudah atas keputusan yang ditetapkan bersama.

Stereotip gender yang biasanya dihadapi pria adalah sebuah bentuk ejekan bahwa jika ia berpenghasilan lebih rendah dari wanita dan tidak bisa mengurus atau menafkahi keluarga. Sementara stereotip yang ada pada wanita adalah bahwa wanita tidak memiliki kewajiban menafkahi keluarga, dan wanita yang lebih sukses biasanya akan menjadi sombong dan kurang ajar.

Tips Menjadi Female Breadwinners yang Sukses

Terlepas dari pandangan orang lain terhadap kamu dan keputusan yang dibuat oleh kamu dan pasangan, hanya kalian berdua yang menjalani kehidupan berumah-tangga dan tahu apa yang terbaik buat kalian sendiri. Ini adalah soal hidup kalian, dan bukan orang lain.

Jika kamu adalah seorang female breadwinners, atau memutuskan untuk menjadi breadwinners bagi keluargamu, berikut adalah beberapa tips yang perlu kamu ingat:

1. Komunikasikan Secara Jelas dengan Pasangan

Hal negatif mengenai seorang female breadwinners didasarkan pada fakta bahwa wanita masih merasa harus mengambil banyak tanggung jawab rumah tangga juga, selain bekerja. Namun, ini dapat dengan mudah dihindari jika kamu melakukan komunikasi terbuka dengan pasanganmu sejak awal.

Bicarakan dengan jelas soal pembagian kerja di rumah, pengasuhan anak, dan lain sebagainya. Selain itu, kalian juga perlu mengomunikasikan perasaan masing-masing atas pilihan ini, jangan sampai ada yang merasa terpaksa melakukannya.

2. Jangan Dengarkan Pendapat Orang Lain

Komentar yang datang dari keluarga, atau asumsi yang dibuat orang lain mengenai adanya perbedaan penghasilan di antara kalian, tidak seharusnya dipikirkan. Kamu harus belajar untuk tidak memedulikan komentar orang-orang yang tidak memiliki kontribusi atas keuangan keluargamu.

Terlepas dari komentar yang didasarkan atas kepedulian atau hanya ingin tahu, kalau hal tersebut bisa bikin kesal, lebih baik meninggalkan percakapan dengan baik dan tidak perlu membahasnya lebih lanjut.

3. Semua Kontribusi Berharga

Secara teoritis kita tahu bahwa berkontribusi pada keluarga atau rumah tangga bukan hanya tentang uang. Namun, mudah sekali untuk berpikir seperti itu, terutama jika sedang merasa lelah dan stres.

Sangat penting untuk mengakui kontribusi satu sama lain di dalam rumah tangga. Jangan menilai diri dengan kekayaan bersih atau berapa gaji yang didapat, berumah-tangga adalah tentang kemitraan dan kontribusi bersama untuk membangun rumah tangga. Fokus pada bekerjasama dengan pasangan sebagai tim.

Tidak ada pekerjaan yang lebih mudah atau lebih sulit dari yang lain; semuanya saling melengkapi. Hargai pasanganmu dan usaha yang dilakukannya, dan komunikasikan dengan terbuka segala hal agar bisa mencari jalan keluar terbaik, secara bersama-sama.

Melawan dunia dan orang-orang yang memiliki pemikiran berbeda akan sangat melelahkan. Namun perlu diingat bahwa kebahagiaan rumah tanggamu, hanya kamu dan pasangan yang tahu.

Menjadi wanita dan pencari nafkah utama dalam keluarga di dunia yang belum sepenuhnya mendukung dinamika ini adalah sesuatu yang patut dibanggakan. Inilah yang harus menjadi fokus. Inilah yang dapat mendorong lebih banyak wanita untuk mandiri secara finansial.

 

sign

Related Articles

Back to top button